tubuh melalui proses
difusi pasif mengikuti gradien tekanan parsial. Difusi netto O2 mula-mula
terjadi antara alveolus dan darah, kemudian antara darah dan jaringan akibat
gradien tekanan parsial O2 yang tercipta oleh pemakaian terus menerus O2 oleh
sel dan pemasukan terus menerus O2 segar melalui ventilasi.
jaringan dan darah,
kemudian antara darah dan alveolus, akibat gradien tekanan parsial CO2 yang
tercipta oleh produksi terus menerus CO2 oleh sel dan pengelauaran terus
menerus CO2 alveolus oleh proses ventilasi.
TRANSPORTASI GAS
Oksigen dan Karbondioksida
tidak terlalu larut dalam darah, keduanya
teruama harus diangkut
dengan mekanisme selain hanya larut secara fisik. Hanya 1,5% O2 yang larut
secara fisik dalam darah, dengan 98,5% secara kimiawi berikatan dengan
hemoglobin (Hb). Faktor utama yang menentukan seberapa banyak O2 berikatan
dengan Hb (% saturasi Hb) adalah PO2 darah.
Karbondioksida yang
diserap dikapiler sistemik diangkut dalam darah dengan tiga cara: (1) 10% larut
secara fisik, (2) 30% terikat ke Hb; dan (3) 60% dalam bentuk bikarbonat (HCO3).
Enzim karbonat anhidrase eritrosit mengatalisasi perubahan CO2 menjadi HCO3 sesuai dengan reaksi: CO2 + H2O H2CO3 H+ +
HCO3 Ion H+ yang dihasilkan berikatan dengan Hb. Reaksi-reaksi ini semuanya
berbalik arah di paru ketika CO2 dieliminasi ke alveolus
Sistem pernapasan
melaksanakan pertukaran udara antara atmosfer dan parumelalui proses ventilasi.
Pertukaran O2 dan CO2 antara udara dalam paru dandarah dalam kapiler paru
berlangsung melalui dinding kantung udara, atau alveolus, yang sangat tipis.
Saluran pernapasan menghantarkan udara dari atmosfer ke bagian paru tempat
pertukaran gas tersebut berlangsung. Paru terletak di dalam kompartemen toraks
yang tertutup, yang volumenya dapat diubah-ubah oleh aktivitas kontraktil
otot-otot , respons kardiovaskular terhadap olahraga adalah meningkatnya
ventilasi paru untuk menjamin oxigenasi darah arteri dan eliminasi
karbondioksida dengan meningkatnya udara nafas (tidal volume) dan frekuensi
pernapasan. Keberhasilan sistema respirasi meminimalkan perubahan komposisi
darah yang dipicu oleh olahraga, terlihat dari adanya stabilitas yang mantap
dari harga PO2, PCO2, dan pH selama olahraga dengan intensitas rendah dan
sedang. Respon pernapasan terhadap olahraga meliputi timbal balik antara
masukan-masukan neural dan hormonal ke pusat pernapasan,meliputi kecepatan
pembuangan CO2 dari darah oleh paru, besar aliran impuls
desendens yang menyertai
aktivasi cortex motoris untuk mengaktifkan otot
rangka, umpan balik dari
chemoreseptor dan proprioseptor pada otot yang
berkontraksi, meningkatkan
suhu tubuh, dan perubahan kadar ion H+, K+ dan adrenalin dalam darah arteri.
terjadi kekurangan
oksigen. Chemoreseptor berupa sel-sel syaraf (seperti
ganglion) yang penuh
diliputi kapilae dan sangat sensitive terhadap penurunan PO2 di dalam darah.
Dua buah terletak pada percabangan arteria carotid communis, dinamakan carotid
bodies (glomus caroticum); dan dua buah lagi terletak pada lengkung aorta
dinamakan aortic bodies (glomus aorticum). Apabila PO2 di dalam darah menurun
maka Chemoreseptor akan terangsang dan selanjutrnya akan mengirimkan impuls ke pusat
pernapasan melalui syaraf glossopharyngeal dan syaraf vagus.
Rangsangan dari Chemoreseptor mengakibatkan menurunnya nilai ambang rangsang pusat pernapasan terhadap CO2 dengan demikian pernapasan akan ditingkatkan , terdapat batas normal pH cairan tubuh antara 7.35 – 7.40. nilai pH di bawah normal disebut asidosis, sedangkan yang diatas normaldisebut alkalosis. Sistem pernapasan memerlukan waktu 1-3 menit agar dapatmemulihkan peningkatan pH ke batas normal. Apabila terjadi penurunan pH, pusat pernapasan berupaya meningkatkan frekuensi pernapasan sehingga terjadi pelepasan CO2 dan sebagai akibatnya dapat terjadi peningkatan pH. Penurunan Ph dalam cairan intraseluler dan ekstraseluler menyebabkan enzim dan co enzim
Rangsangan dari Chemoreseptor mengakibatkan menurunnya nilai ambang rangsang pusat pernapasan terhadap CO2 dengan demikian pernapasan akan ditingkatkan , terdapat batas normal pH cairan tubuh antara 7.35 – 7.40. nilai pH di bawah normal disebut asidosis, sedangkan yang diatas normaldisebut alkalosis. Sistem pernapasan memerlukan waktu 1-3 menit agar dapatmemulihkan peningkatan pH ke batas normal. Apabila terjadi penurunan pH, pusat pernapasan berupaya meningkatkan frekuensi pernapasan sehingga terjadi pelepasan CO2 dan sebagai akibatnya dapat terjadi peningkatan pH. Penurunan Ph dalam cairan intraseluler dan ekstraseluler menyebabkan enzim dan co enzim
tidak dapat bekerja
optimal pada proses metabolisme aerobik maupun anaerobik.
Keadaan ini menyebabkan
terjadinya gangguan pembentukan energi dan akhirnya menyebabkan penurunan daya
tahan fisik seseorang.
Olahraga akan mempengaruhi konsumsi O2 dan produksi CO2 lebih banyak dibandingkan dengan aktivitas lainnya. Ventilasi paru atau volume pernapasan semenit akan meningkat dari 1 L/menit menjadi 100 L.menit, bahkan pada orang yang badannya besar dapat mencapai 200 L/menit. Peningkatan ventilasi paru disertai dengan peningkatan tidal volume yang nilai rata-ratanya 0,5 L/menit menjadi 2,5-3,0 L/menit. Frekuensi
Olahraga akan mempengaruhi konsumsi O2 dan produksi CO2 lebih banyak dibandingkan dengan aktivitas lainnya. Ventilasi paru atau volume pernapasan semenit akan meningkat dari 1 L/menit menjadi 100 L.menit, bahkan pada orang yang badannya besar dapat mencapai 200 L/menit. Peningkatan ventilasi paru disertai dengan peningkatan tidal volume yang nilai rata-ratanya 0,5 L/menit menjadi 2,5-3,0 L/menit. Frekuensi
pernapasan meningkat dari
12-16 X/menit menjadi 40-50 X/menit. Terdapat hubungan linear antara
peningkatan ventilasi paru dengan peningkatan kerja sampai pada 80-90%
kapasitas individu. Setelah
itu sampai dengan akhir
kerja atau olahraga, ventilasi lebih cepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar