Sangat umum bila istilah Tenaga Dalam selalu dikaitkan dengan olah pertahanan, perlindungan dan keselamatan diri. Meski demikian hakikat dari Tenaga Dalam adalah energi alami yang diperoleh dari alam semesta. Kalau pun ada Tenaga Dalam yang dikaitkan dengan beda diri, itu adalah sebagian kecil dari pemanfaatan energi Tenaga Dalam yang begitu luas. Energi dari alam semesta yang bisa diolah dengan Tenaga Dalam dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan. Sebagai Perlindungan (bela diri), Pengobatan, Penyembuhan, kecantikan / ketampanan, keberuntungan dalam hidup, keselamatan, sukses bisnis dan karir.
Lantas muncul pertanyaan mengapa Tenaga Dalam selalu dikaitkan dengan bela diri? Jawabannya tentu saja tidak lepas dari kondisi masyarakat zaman dahulu ketika Tenaga Dalam mulai diperkenalkan. Pada zaman kerajaaan sering terjadi perebutan kekuasaan, pertikaian antar sesama, saling menyerang, saling mengalahkan. Maka dari itu zaman dahulu ketika seseorang akan bepergian ke luar wilayah mau tidak mau mereka harus mempunyai kemampuan untuk melindungi diri sendiri. Oleh Pendekar, prajurit dan kesatria ilmu Tenaga Dalam menjadi ilmu yang wajib mereka kuasai sebagai dasar bela diri sehingga ilmu Tenaga Dalam banyak diajarkan di suatu padepokan, kemudian berkembang dari suatu padepokan ke padepokan lainnya. Demikianlah yang menjadi tonggak dikenalnya Tenaga Dalam sebagai sarana bela diri.
Tenaga Dalam sebagai sarana keselamatan dapat dimanfaatkan untuk membentuk perisai energi yang akan melindungi tubuh dari serangan lawan. Tenaga Dalam mampu mengubah niat jahat seseorang menjadi sikap netral bahkan tidak hanya membentun benteng serangan fisik. Tenaga Dalam pun bisa difungsikan untuk melindungi diri dari serangan yang tak kasat mata. Misal santet, teluh, guna-guna. Lebih jauh lagi Tenaga Dalam membangkitkan potensi diri diluar kemampuan biasanya. Kemampuan yang tersembunyi di dalam diri menjadi bangkit karena dipicu energi Tenaga Dalam. Kemampuan yang banyak terjadi pada pejuang kemerdekaan zaman dahulu. Para kyai atau sesepuh yang menguasai teknik Tenaga Dalam, mengisikan energi postif ke dalam seluruh tubuh para pejuang. Sehingga para pejuang mempuanya kekuatan diluar batas kemampuannya. Seperti berlari lebih kencang dari batas kemampuan biasanya, bisa melompat pagar atau tembok tinggi yang secara nalar sangat sulit untuk dilewati, mampu menghindari setiap tembakan musuh tanpa terluka sedikitpun, tidak mempan tertembah bahkan peluru tidak dapat menembus.
Beda zaman beda pula pemanfaatannya. Tenaga Dalam dahulu lebih cenderung dimanfaatkan sebagai media pertahanan dan perlindungan diri. Tenaga Dalam juga sering dikaitkan dengan bela diri karena kondisi keamanan zaman dahulu yang kurang aman sehingga memaksa seseorang harus menguasai Tenaga Dalam sebagai dasar bela diri yang digunakan untuk media perlindungan diri. Dulu untuk pergi keluar wilayah seseorang selalu was-was karena kondisi kurang aman dan sewaktu-waktu kejahatan dan bahaya menghadang. Beda dengan zaman sekarang yang relatif lebih aman. Kemana pun kita pergi merasa jauh lebih aman karena kondisi keamanan jauh lebih baik dari zaman dahulu. Nah, dengan situasi sekarang yang cenderung lebih aman. Pemanfaatan Tenaga Dalam sebagai media bela diri bukanlah satu-satunya hal terpenting dalam kehidupan. Berkembangnya kehidupan kebutuhan manusia semakin beragam. Dari situlah mulai dikembangkan pola pemanfaatan Tenaga Dalam sebagaimana beragamnya kebutuhan manusia. Sejatinya Tenaga Dalam bersumber pada energi positif alam semesta. Energi positif dari alam yang dapat diproses, diolah dan dimanfaatkan lebih luas lagi bukan sekedar untuk beda diri saja. Energi yang dipancarkan Tenaga Dalam pun mampu membantu proses penyembuhan berbagai penyakit, menjadikan wajah lebih berseri dan memikat, menjadikan diri lebih berwibawa, serta menjadikan diri selalu tampil percaya diri dimanapun berada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar