-
menghasilkan
tenaga ekstra untuk menghancurkan benda keras.
-
menghasilkan
tenaga ekstra untuk memperkuat benda lemah.
-
meningkatkan
stabilitas atau kemantapan tubuh.
-
meningkatkan
imunitas atau kekebalan tubuh.
-
meningkatkan
stamina atau ketahanan tubuh.
-
memperkuat denyut
jantung, tekanan darah, dan suhu tubuh.
-
menangkal racun,
virus, dan kuman, dan menyembuhkan penyakit.
-
meningkatkan
produksi hormon untuk sensasi, persepsi atau penginderaan.
-
mempekakan
penginderaan pancaindera.
-
membangkitkan
penginderaan keenam atau ekstra (extra sensory perception, ESP)
-
melakukan
telepati, telekinesa atau psikokinesa, dan semacamnya.
-
meringankan tubuh
dalam berlari dan melompat atau meloncat.
-
dan lain
sebagainya, yang bermanfaat bagi diri sendiri atau pun orang lain.
Secara garis besar,
berdasarkan pada fisika, kimia, biologi, fisiologi, psikologi, dan medika, pada
dasarnya atau intinya, penyakit apa pun yang berlangsung, terjadi, atau menimpa
suatu bio-organisme, terutama manusia, adalah karena terganggunya keseimbangan fisik
dan atau psikik, terlepas dari sumber gangguan yang beragam. Penyembuhan dan
pemulihan adalah dimaksudkan untuk mengembalikan keadaan ke
keseimbangan semula.
Gangguan keseimbangan ini
terjadi karena tak berperan atau tak
berfungsinya satu atau lebih elemen tubuh, fisik atau pun
psikik, secara sebagaimana mustinya. Gagal beroperasi, karena terhambat, atau
samasekali tak beroperasi karena rusak. Dalam penyembuhan dan pemulihan, penghambatan harus disingkirkan, kegagalan dan
kerusakan harus diperbaikan, dikembalikan ke keadaan semula.
Meski secara kodrati tak
semua penyakit dapat dengan mudah disembuhkan dan dipulihkan secara utuh ke
keadaan semula, tapi setidaknya sebagian besar kini dapat ditangani dengan
baik. Penyakit yag tergolong sulit disembuhkan atau dipulihkan adalah kerusakan
neuron nukleon atau sel saraf pusat di otak, karena
neuron tak bersifat generativ dan reformativ seperti
sel somatik atau sel tubuh, dengan sedikit pengecualian untuk neuron ganglion atau sel saraf tepi, yang dalam
beberapa kasus dapat melakukan reformasi neuronik asalkan tak rusak total.
Dengan kata lain, neuron tak bergenerasi dan
neuron rusak tak sepenuhnya dapat diperbaiki, kecuali diganti
dengan transplantasi atau implantasi sel cikal
(stem cell).
Untuk melakukan semua ini,
dibutuhkan tenaga atau energi, dalam bentuk bio-energi atau energi
elektro-biokimiawi. Makin berat suatu penyakit, makin besar energi dibutuhkan
untuk reformasi dan atau regenerasi selular. Dan bio-energi besar dapat diperoleh melalui teknik
respirasi aerobik eksternal pranayama. Dan sebagaiman telah
dijelaskan diatas bahwa tenaga adalah fungsi gaya dan
juga fungsi daya, untuk penyakit berat, catu energi harus
dilakukan berulang-kali, sehingga terjadi efek kumulativ.
Sebagaimana telah
diuraikan diatas, berdasarkan pada fisika, energi adalah radiasi, absorpsi atau
pun emisi, atau pancaran dalam bentuk penyerapan atau pelepasan tenaga. Juga
telah dijelaskan pula diatas bahwa energi membangkitkan medan (field) di lokasi
dan lingkungan operasi dinamikanya. Makin besar atau kuat energi, makin luas
dan kuat medannya. Telah dijelaskan pula bahwa medan radiasi energi ini
membentuk selubung tubuh fisik, somafir alias aura.
Berdasarkan pada fisika, kekuatan (strength) atau intensitas (intensty) [I] dari
suatu energi adalah tenaga per satuan luas
permukaan atau area [A] dan jangka waktu [t], alias daya
(power) [P] per luas permukaan. Sehingga intensitas aura dapat dinyatakan dalam
formula matematika fisika sebagai berikut.
I = P / A = E / (A
. t) = (F . s) / (A . t) = (F . v) / A
dimana,
E, tenaga (energy), dalam
J (Joule)
F, gaya (force), dalam N
(Newton)
P, daya (power), dalam W
(Watt)
A, luas (area), dalam m^2
(meter persegi)
I, intensitas, dalam W/m^2
(Watt per meter persegi)
v, kecepatan (velocity),
dalam m/s (meter per second)
s, jarak ruang (space
distance), dalam m (meter)
t, jangka waktu (time
duration), dalam s (second)
Tubuh normal akan
menghasilkan radiasi energi yang relativ merata, vibrasi atau getaran gelombang
energi pun terasa merata di semua titik atau normal, kecuali di beberapa titik
aktivitas penginderaan akan lebih aktiv, sehingga aura akan tampak relativ
stabil. Jika ada gangguan terhadap satu atau beberapa organ tubuh, sehingga
organ tersebut sakit atau rusak, yang berarti distribusi bio-energi ke dan dari
organ tersebut terhambat atau tak berlangsung sebagaimana mestinya, maka dengan
sendirinya radiasi di organ tersebut lemah, redup dan bahankan padam, dan ini
terasa sebagai vibrasi sangat lemah atau bahkan hampir tak terasa, dan tampak
sebagai distorsi warna cahaya tampak dalam aura.
Lain daripada itu, dengan
sendirinya temperatur atau suhu organ terganggu pun tak normal, berbeda dengan
suhu normal organ lain tubuh di sekitarnya. Meski demikian mutlak dibutuhkan
pembelajaran dan latihan penginderaan untuk membangun kepekaaan untuk
mendeteksi dan menentukan secara tepat lokasi gangguan. Artinya tak cukup
dengan teori, tapi melalui praktek.
Penyembuhan dan pemulihan
gangguan organik bio-organisme menggunakan tenaga prana, pada dasarnya adalah
dengan cara transfer energi ke lokasi organ terganggu
dengan maksud membobol hambatan dan merangsang sel,
membangkitkan enzim dan memicu produksi hormon di kelenjar terdekat, dan memberikan catu energi untuk berbagai sel di
organ tersebut agar dapat melakukan respirasi.
Pertama respirasi non-aerobik, dan
kemudian disusul dengan respirasi aerobik internal,
sampai akhirnya organ tersebut dapat merespons respirasi
aerobik eksternal. Sedemikian sehingga organ tersebut dapat
kembali melakukan sintesa dan analisa elektro-biokimiawi, metabolisme anabolik
dan katabolik, melakukan reformasi dan regenerasi selular, sampai kembali
berfungsi dan beroperasi normal sebagaimana mestinya.
Perlu dimengerti dan
dipahami bahwa penyembuhan dan pemulihan via
tenaga dalam tak terjadi seketika, tapi tetap dibutuhkan proses,
yang cukup menyita waktu dan sudah tentu tenaga dalam tersebut sendiri, bergantung pada tingkat gangguan atau stadium
penyakit. Artinya, penderita tak selalu seketika segera pulih
Dalam kasus penyembuhan penyakit berat, kronik, atau akut, beberapa orang sumber daya tenaga dalam dapat berkolaborasi atau bekerjasama untuk menghasilkan efek tenaga dalam berlipat ganda. Cara ini tentu juga memerlukan latihan dan praktek kerjasama tim (team work), tak sesederhana seperti diperikan secara teoritik disini.
Dalam kasus penyembuhan penyakit berat, kronik, atau akut, beberapa orang sumber daya tenaga dalam dapat berkolaborasi atau bekerjasama untuk menghasilkan efek tenaga dalam berlipat ganda. Cara ini tentu juga memerlukan latihan dan praktek kerjasama tim (team work), tak sesederhana seperti diperikan secara teoritik disini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar